Photobucket

Jumat, 25 Februari 2011

Wasiat untuk Calon Pendamping Hidup


Sobat GEMMAR, di bawah ini ada wasiat yang perlu kita renungkan dikutip dari 
"Laa Tahzan Ukhty", yang dicopas dari catatan FB seorang teman. Simak baik-baik ya,,, :)


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

Ikhwatiy fillah.

Surat ini kutulis sebagai wasiat kepadaku dan kepada kalian semua,

saudara-saudaraku seiman, muslim dan muslimah, yang mungkin kini juga tengah menghadapi masa penantian...

Semoga risalah ini dapat menjadi pelajaran dan renungan bagi kita semua.
  
Dan semoga Allah memberikan pahala bagi kita yang berusaha untuk mengamalkannya. Aamiiin.

 Teruntuk para ikhwan, sang pemilik tulang rusuk yang hilang.

Aku tahu, saat ini adalah masamu untuk mencari dan berusaha untuk menemukan tulang rusukmu yang hilang. Kau begitu ingin dan bersemangat untuk mencari dan segera menemukannya. Sebab, tulang rusuk itu adalah sesuatu yang teramat berarti bagimu. Teramat penting bagi kehidupanmu.

Dia adalah sesuatu yang dapat menentramkan hatimu, menenangkan jiwamu, dan membahagiakan hidupmu.

 Dia adalah teman sejati, yang kau ingin bersama-sama dengannya mengarungi hidup yang penuh dengan onak dan duri ini. Dia adalah sahabat, tempatmu mencurahkan keluh kesahmu, tempatmu berbagi rasa, dan tempatmu menyandarkan kepala dalam dekapan hangatnya.
 Dia adalah ibu kedua bagimu sekaligus ibu bagi anak-anakmu; mengurus semua keperluan kalian, mengatur dan memperindah rumah kalian, serta menghiasnya dengan ketaatan dan kepatuhan serta keikhlasan semata-mata untuk mencari ridhamu dan ridha Rabbnya.

Dia adalah istri, separuh hatimu, separuh jiwamu, dan separuh nafasmu.
  
Dia melayanimu, dia mematuhi dan mentaatimu, dia memberikan segenap cinta dan kasihnya yang suci untukmu. Di matanya, engkau adalah satu-satunya laki-laki tercinta. Dan ia siap untuk berkorban apa saja-selama itu tidak melanggar syariat-demi mempertahankanmu di sisinya. Dia adalah adik, teman bermainmu, tempatmu bercanda dan ia akan membuatmu selalu tertawa bahagia dengan kelucuan dan kepolosannya.

 Dia adalah hiburan bagimu di saat engkau merasa lelah dan suntuk. Ia akan membuatmu tersenyum,ketika engkau diliputi kesedihan dan duka. Kemanjaannya, kelucuannya, keluguannya.Kau pasti akan bahagia bersamanya. Aku tahu.aku sangat tahu.Engkau pasti merindukan dan memimpikan belaian kasihnya, suara lembutnya yang manja, serta keluhuran budinya yang mempesonamu. Aku tahu, kau pasti akan berusaha untuk mengejar dan mendapatkannya.

 Maka inilah wasiat dan nasihatku kepadamu, wahai para pria yang ingin segera menyempurnakan separuh diinnya..

Bertaqwalah kepada Allah, dan takutlah akan adzab-Nya yang pedih,menjauhlah dari segala sesuatu yang dibenci oleh-Nya. Sesungguhnya, jika engkau adalah seorang laki-laki yang baik dan mencintai kebaikan, tunaikanlah hak saudaramu dan berlakulah yang adil.
  
Sesungguhnya pernikahan tak hanya sebatas pada urusan tempat tidur (maaf, pen)!
 Pernikahan adalah sebuah perkara yang teramat sulit dan membutuhkan komitmen tinggi sebab konsekuensi yang harus dihadapi sangat banyak dan berat.




 Jangan pernah berandai-andai bahwa pernikahan segalanya berisi sesuatu yang indah. Tidak! Bukanlah hakmu untuk berangan-angan tinggi seperti itu! Untuk melangkah ke arah mahligai itu, engkau harus benar-benar mempersiapkannya dengan baik dari dalam dirimu.


Tanyakan pada hatimu sendiri; sudah mantapkah diinmu?
 Dan apakah engkau telah menjalankan syariat dengan baik dan sesempurna mungkin?

Apakah engkau masih sering dan belum dapat meminimalisir perbuatan maksiat dan bid'ah?

 Apakah engkau sudah menjalankan konsekuensi apa yang telah kau ikrarkan,yakni berpegangteguh kepada al-qur'an dan sunnah, seperti nisbatmu pada ahlussunnah waljama'ah?

Bagaimana dengan kematangan emosimu? Apakah engkau yakin dengan kedewasaan yang ada pada dirimu?

 Sudah bisakah dirimu menghadapi masalah yang datang padamu dengan kepala dingin, tenang, dan bijaksana? Apakah engkau telah bisa meredam segala emosi yang membuncah di dadamu?

 Apakah engkau bisa untuk tetap berdiri tegak meski badai menerpamu? Bisakah engkau berkomitmen untuk mengembalikan segala perkara yang ada kepada al-qur'an dan sunnah, dan bukan dengan emosi yang meledak-ledak?

Bagaimana dengan kuantitas dan kualitas ilmumu? Sudah cukupkah ilmu itu sebagai pondasi yang kokoh bagi rumah tanggamu? Cukupkah ilmu itu untuk mendidik istri dan anak-anakmu? Sudah sanggupkah engkau untuk menjadi qowwam yang baik, pemimpin yang baik bagi istri dan anak-anakmu? Sudah mampukah dirimu untuk memberikan penghidupan yang layak untuk keluargamu?

 Renungkan dan tanyakanlah pada hatimu, wahai saudaraku.

 Aku tahu, sebagian dari kalian mungkin akan ada yang memprotes. Tidak ada orang yang sempurna. Pernikahan ada untuk saling melengkapi satu sama lain.

 Ya.ya.kuterima protesmu. Aku tahu, no one is perfect.

Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
  
Dan kita hidup di dunia ini adalah untuk menyempurnakan diri. I see.


Tapi, kenapa kita tidak mengambil kemungkinan terburuk saja untuk menghadapinya? Dengan mengambil kemungkinan-kemungkinan terburuk itu, kita akan bisa merancang solusi dan pemecahan masalah dengan baik. Kita akan menjadi bijaksana dengan itu.

 Dan jika ada peluang untuk perfect, why not?

Ikhwaniy fiddiin.

Demi Allah, jika engkau adalah seorang lelaki yang baik dan mencintai
 kebaikan, maka tidaklah ada sesuatu yang dapat merintangimu untuk berlaku adil dan menjauh dari kezhaliman. Jagalah izzahmu, sebab seorang lelaki yang baik adalah seorang laki-laki yang memiliki izzah. Jangan sampai engkau melanggar syariat hanya demi mencapai tujuanmu. Dalam masa ta'arufmu, gunakanlah wasilah, seorang yang tsiqah dan dapat engkau percayakan padanya urusanmu.

Jagalah hubunganmu dengan wanita yang ingin kau pilih. Jangan sampai kalian terjatuh dalam lubang khalwat dan maksiat. Jika engkau telah merasa mantap dengan wanita pilihanmu, engkau telah beristikharah, dan Allah menjawab doamu dengan jawaban yang positif, maka segera datangi wali wanita pilihanmu.

 Jangan datangi anaknya, datangi ayahnya! Sebab, seorang anak gadis adalah milik ayahnya. Jika engkau telah menghadap pada calon mertuamu, tunjukkanlah pada beliau, bahwa engkau adalah seorang pemuda shalih yang tak pantas untuk ditolak.

 Tunjukkan dengan cara yang ma'ruf, bahwa engkau adalah seorang pemuda dengan mental baja, keberanian, ketegaran, kesabaran, serta memiliki kematangan ilmu.

Sesungguhnya seorang laki-laki yang memiliki mental baja, keberanian, ketegaran, kesabaran dan kematangan ilmu adalah laki-laki yang pantas untuk dipilih dan dijadikan pemimpin bagi wanita. Sebab dengan itu semua, dia akan bisa

menghadapi pahit dan sakitnya dunia. Tapi, jangan pernah lupakan, bahwa sikap dan akhlaq yang baik,tutur kata yang menawan, adalah kunci suksesmu untuk memikat hati calon mertua.
  
Jangan sampai engkau tergelincir pada pengguruan terhadap orang tua. Sebab, tak ada orang tua manapun yang suka digurui oleh anak kecil!!
  
Jika engkau seorang laki-laki yang baik, tentunya engkau akan menunjukkan akhlak dan kredibilitasmu sebagai seorang yang benar-benar baik. Seorang yang paham diin serta matang emosi.
  
Persiapkan mentalmu untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan apapun. Jika pinanganmu diterima, maka bersyukurlah. Dan tunaikan kewajibanmu untuk segera menikah.

 Serta jangan lupakan bahwa setelah menikah engkau memiliki konsekuensi yang harus kau jalani!

 Tapi, jika pinanganmu ditolak, maka bersabarlah.dan jangan lepaskan rasa syukur itu dari hatimu. Seharusnya, engkau semakin bersyukur, sebab Allah masih mencintaimu dan menginginkan seorang yang lebih baik darinya untukmu. Jika engkau ditolak, berlapangdadalah.

 Jangan lepaskan senyum dari wajahmu. Dan ingat, tindakan mengejar-ngejar seorang wanita itu sangat patut untuk dipertanyakan. Kenapa?

 Sebab, kesan yang akan timbul semuanya akan mengarah kepada kebutuhan di atas tempat tidur, bukan kebutuhan untuk bersama-sama berjuang menghadapi hidup dalam bahtera pernikahan! jagalah izzahmu, wahai para pria!!
  Bersikaplah yang tenang, cool.sebab, disanalah kuncinya.

Aku yakin, jika engkau memang seorang lelaki yang shalih dan baik.tiada seorang pun yang akan menolakmu sebagai pengganti wali bagi anak-anak gadisnya.

 Percayalah, sebab aku mengatakannya sebagai seorang wanita. Yang pernah menghadapi susahnya dikhitbah seorang pria. Kudoakan, semoga Allah mempermudah jalanmu dalam menemukan tulang rusukmu yang hilang.


Dan setelah tiba masamu untuk bersanding dengan wanita pilihanmu, dan engkau telah menemukan tulang rusukmu yang hilang.jangan pernah lupakan, sekali lagi, jangan pernah lupakan bahwa kau punya kewajiban yang harus kau tunaikan!
  
Wanita shalihah adalah bunga. Sekuntum melati yang harum dan indah. Jika kau telah memetiknya, jangan pernah kau sia-siakan dia. Jaga dia baik-baik dalam taman hatimu, rawat dia, dan pelihara dia dengan baik.

 Tentu ia akan membutuhkan sentuhan tanganmu. Siangi benalu-benalu liar yang tumbuh di sekitarnya.

 Jangan sampai ia layu dan mati karena kelalaianmu.

 Berbuat adillah, wahai para calon Abu Abdillah.!!!!

Sesungguhnya sepah memang pantas dibuang setelah habis manisnya. Tapi, sekuntum melati, tak pantas kau siakan setelah kau berusaha untuk memetiknya dari dataran tinggi yang terjal dan penuh dengan rintangan!

 Teruntuk para akhwat, sang tulang rusuk yang hilang.


 Aku adalah seorang gadis muda, sama sepertimu.
  
Usiaku bahkan boleh jadisedikit  lebih tua dibandingkan usiamu. Tapi, pengalaman dan perjalanan hidup kita, tentu tak sama.
 Maka ijinkan aku untuk berbagi denganmu.

 Berbagi, sebab aku adalah saudarimu. Aku mencintai kebaikan, dan aku ingin kalian juga mendapatkan kebaikan itu.

 Wahai saudariku...

 Sesungguhnya kita ini adalah tulang rusuk yang hilang. Di luar sana, di balik tabir waktu dan tempat, berjajar arjuna tengah menunggu kita.

Mereka mencari tulang rusuk mereka yang hilang. Maka persiapkan diri kita dengan sebaik mungkin, agar kita dapat menemukan tempat bersandar yang tepat. Aku pun sama sepertimu, wahai gadis-gadis muda, sebab aku adalah bagian dari kalian. Aku belum menikah. Dan aku masih menjalani statusku sebagai seorang anak-anak yang tumbuh dan tengah mencari hakikat kebenaran dan kehidupan. I'm single. Sama sepertimu.

 Aku masih bebas bergerak, kesana-kemari mencari apa yang sedang kucari. Di belakangku, belum ada teriakan-teriakan dan jerit tangis anak-anak. Belum ada protes suami sebab aku tak bisa memasak dan lebih suka duduk di depan komputerku.

Ya.aku masih bebas menjadi diriku sendiri. Wahai saudariku, Kita adalah gadis muda. Waktu kita masih sangat panjang untuk mencari kebenaran dan jati diri.

 Usia kita saat ini, adalah usia yang sangat produktif untuk melahirkan karya-karya besar yang spektakuler. Kita masih sangat enerjik, penuh semangat, dan kemampuan kita masih berada di atas rata-rata.

 Untuk menyerap setiap ilmu, kita masih sangat sanggup melakukannya dengan baik. Untuk pergi ke majlis-majlis ilmu, kita masih dapat melakukannya dengan bebas.Sebab belum ada tuntutan-tuntutan bagi kita untuk diam di rumah, mengurus anak dan suami. Kita masih bisa menjadi diri sendiri. Dan kita bertanggungjawab atas diri kita sendiri.

 Kenapa kita tidak memanfaatkannya dengan baik, wahai saudariku?
 Waktu yang berharga ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah pada

kita, untuk membenahi diri, mematangkan diri, serta menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
  
Kau tahu kenapa?
  
Karena kita adalah calon ibu. Dari rahim kitalah, lahir generasi-generasi penerus ummat ini. Jika kita adalah bibit yang baik, maka anak-anak kita, insya Allah akan menjadi generasi-generasi yang baik.


Kitalah yang akan mendidik anak-anak kita dalam madrasah keibuan kita. Apakah engkau ridha, melepas anak-anakmu dalam didikan orang lain? Tapi, bagaimana jika kau melepasnya pada sekolah-sekolah yang mengajarkan sekulerisme dan liberalisme seperti negeri kita?


Aku yakin kau takkan ridha, Saudariku.Kau pasti takkan ridha anakmu dididik oleh orang lain. Kita laksana lembaga pendidikan. Jika kita mempersiapkan diri dengan baik, maka akan lahirlah pribadi-pribadi yang kuat dan tangguh.

 Kita adalah guru di atas segala guru yang utama. maka relakah diri kita, jika posisi mulia kita direbut oleh orang lain?

Sungguh, tak ada salahnya dengan pernikahan dini. Tak ada salahnya, jika engkau memilih untuk menikah di usiamu yang
  
terhitung sangat muda ini. Aku yakin, masing-masing dari kalian tentu memiliki alasan tersendiri untuk memutuskan hal tersebut.

 Tapi, ijinkan aku mengungkapkan sebuah isi hati.
  
Sesungguhnya, ukhti. Pernikahan tak bisa dibayangkan dengan segala sesuatu yang indah.

 Pernikahan adalah sebuah perkara yang membutuhkan kematangan serta persiapan yang tak sepele. Kutemukan pernikahan-pernikahan ikhwan dan akhwat, yang mana mereka memutuskan untuk menikah muda, melepaskan studi dan bangku kuliah mereka.

 Tak sedikit di antara mereka yang menentang orangtua hanya demi meluluskan keinginan mereka. Mereka pun memiliki pemikiran yang sama denganku; mereka dapat terus belajar meski telah hidup berumahtangga. Tapi, apa yang kulihat dari mereka, Saudariku?

Hanya sedikit yang benar-benar dapat merealisasikan prinsip itu. Sungguh, bagiku semua itu ternyata memang hanya teori. Pada implementasinya, tetap tak bisa sempurna! Mereka akan disibukkan dengan urusan rumahtangga yang tak sepele. Jerit tangis anak-anak, tuntutan suami, ah.

 Mereka tak bisa lagi berkonsentrasi untuk memperdalam diin. Sebab, perhatian mereka terbagi-bagi. Mereka tak bisa memfokuskan diri di majlis-majlis taklim, sebab anak-anak mereka berlarian sampai ke jalan dan menjerit-jerit. Kulihat banyak anak-anak mereka yang akhirnya tak terawat dengan baik. Mereka kurang ilmu dalam mendidik anak.

 Bagaimana mengatasi kebandelan-kebandelan anak-anak, mereka tidak tahu. Bahkan, parahnya, bagaimana menggendong dan merawat bayi saja, banyak di antara mereka yang tidak bisa melakukannya dengan baik!

 Dan ketika ada kerikil kecil `menyandung' bahtera mereka, apa yang terjadi? Mereka menyelesaikannya bukan dengan kembali pada al-qur'an dan sunnah. Mereka tidak merujuk kepada ilmu. Mereka tidak menyelesaikannya denganbijaksana.

Mereka banyak terbawa emosi, sebab mereka belum memiliki kematangan emosi dan kedewasaan. Pertengkaran mereka bahkan sampai pada tetangga dan dibicarakan dalam majlis-majlis. Buntutnya, perceraian dan perebutan anak!

Na'udzubillahi min dzaalik! Barulah aku sadar, pernikahan memang tak bisa diburu-buru. Kedewasaan memang berjalan seiring dengan waktu, Sahabatku. Seiring pula dengan tanggungjawab yang akan kau emban. Tapi, sungguh.Jika engkau hanya mematok pada kedua hal itu, kutakutkan engkau salah jalan. Usia tak menjamin kedewasaan seseorang.

Demi Allah, ukhti.Aku tidak bermaksud membujukmu atau menghasutmu untuk tidak menikah. Na'udzubillah.Ini adalah sebuah pelajaran, agar kita dapat mengambil ibrah, serta berusaha untuk menjadi lebih baik.

Sesungguhnya, pernikahan tak hanya sebatas menikahnya dirimu dengan suamimu. Namun pernikahan adalah menikahnya dua keluarga yang tentunya memiliki banyak perbedaan.

 Akan ada banyak tuntutan bagimu. Ketika kau masuk dalam keluarga suamimu, kau dituntut untuk bisa beradaptasi dan menerima aturan-aturan dalam keluarganya. Kau dituntut untuk bisa bersikap baik pada mertua dan saudara-saudara suamimu.

Jika mereka orang-orang yang baik dan hanif, tentu kau akan mudah bergabung bersama-sama mereka. Tapi, jika kenyataannya, salah seorang di antara mereka tidak menyukaimu, tidak menyukai jilbab dan gamismu, mereka berusaha menyulut peperangan di antara kalian, sudah sanggupkah dirimu mengatasi dan mencari solusinya?

 Karena itulah, Ukhti.Kita butuh banyak ilmu untuk mengarah ke sana. Kita harus bisa menjadi seorang yang cerdas dan bijaksana. Agar jika kita diuji dengan sebuah masalah, kita akan tetap bisa tegar. Kita tidak mengumbarnya dengan mendatangi majlis-majlis para peghibah. Membocorkan aib keluarga suami dengan kedok `curhat'.


Karena itulah, Ukhti fillah.Jangan pernah terburu-buru mengambil jalan pintas! Sebab pernikahan bukan ajang coba-coba dan tempat pelarian masalah. Justru di sanalah engkau akan menemukan permasalahan yang jauh lebih besar dan berat!

Jika masalah yang kecil saja belum dapat kau selesaikan dengan baik, maka jangan pernah mencoba untuk mengambil yang lebih besar!

 Persiapkanlah dirimu mulai dari sekarang. Agar kelak kau dapat menjalankannya dengan lebih mudah. Jika saat ini engkau menggunakan kesempatanmu dengan sebaik-baiknya, maka kelak jika engkau telah menikah, engkau tidak akan bersusah payah lagi.

Engkau akan dengan ringan menyelesaikan semua permasalahanmu dengan ilmu yang telah kau dapat.

Ingatlah baik-baik, Ukhti.Pernikahan tak bisa hanya digawangi dengan cinta.

Bisa apa cinta? Jika cinta ingin pergi, maka ia akan pergi tanpa pamit padamu.

Tapi, jika kau menggawanginya dengan ilmu dan kefaqihan dalam diin, serta kematangan emosi, maka yakinlah.Allah akan pertemukan dirimu dengan suamimu di surga nanti.

Sesungguhnya kokoh atau rapuhnya sebuah rumah tangga, berada dalam genggaman wanita.

Jika ia tegar, kokoh, dan kuat, maka ia sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan baik.
  
 Apapun badai yg datang padanya. Tapi, jika ia lemah dan rapuh.maka tiadalah cinta dan bahagia.

 Maka jadilah seorang wanita yang kokoh dan kuat, Saudariku! Agar kau dapat mempertahankan rumahtanggamu kelak.
  
Maka renungkanlah wasiat ini baik-baik, Saudariku. Kudoakan semoga Allah menunjukimu jalan yang lurus dan memberikan untukmu seseorang yang terbaik dalam kehidupanmu.aamiin.

 Wassalaamu'alaikum wa rahmatullaah wa barakaatuh

semoga bermanfaat.... :)

2 komentar:

Keren2...

menikah bukan karna pengen halal aja tapi karna ridho Allah yang paling penting...

iya,,, betul tuh,,, smga qt dpt pendamping dalam meraih ridlo-Nya

Posting Komentar

Koment Sob... :)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 

Entri Populer

Pengikut